Sabtu, 01 Februari 2014

manusia dan tanggung jawab: Tugas IBD PUISI UNTUK GURU

manusia dan tanggung jawab: Tugas IBD PUISI UNTUK GURU:                  "Puisi Untuk Guru Tercinta" Guru engkau begitu besar Jasanya Tanpa ada Kamu di Dunia ini... Kita tidak bisa a...

putri

Tugas IBD PUISI UNTUK GURU

                 "Puisi Untuk Guru Tercinta"

Guru engkau begitu besar Jasanya
Tanpa ada Kamu di Dunia ini...
Kita tidak bisa apa-apa....
Dan tidak tahu tentang menghitung,
menulis,dan membaca dengan benar

                    Kita bersyukur karena ada engkau
                    Disini..Kami bisa menjadi anak Bangsa
                    Yang berguna dan Bisa menjadi sukses
                    Hingga sekarang...........
                    Maka dari itu kita tidak boleh melupakan
                    Jasamu yang tanpa pamrih mendidik kami.meti2911@hotmail.com

Tugas IBD Puisi untuk Ibu

putri

Tugas IBD Puisi untuk Ibu

Puisi untuk IBU

IBU engkau begitu sempurna di mataku...
Pancarkan cahaya  yang begitu indah....
Engkau tidak putus asa untuk membimbingku
menjadi anak yang berbakti....
Selain itu engkau telah menyemangatin aku 
untuk mengejar mimpi...
                  Aku akan berjanji dengan engkau Ibu
                  Selalu untuk menjadi orang yang berguna
                  Tidak pantang menyerah untuk meraih semua
                  Cita-cita dan keinginan ibu...
                  Dan tidak akan melupakan jasa untuk mu IBU...
                  Karena  engkau adalah you are my everething 


Tugs IBD PUISI SABDA BUMI

putri

  "PUISI SABDA BUMI"meti2911@hotmail.com


Bulan tampak mendung merenung bumi
Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Terpaku ratap menatap jiwa-jiwa penuh rindu
Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu

Bulan tak ingin membawa tertawa manja
Kala waktu enggan berkawan pada hari
Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit

Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini
Hitam memang menang menyerang terang
Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi

Tugas IBD Tentang Bencanana Melandaku

putri

BANCANA MELANDAKU
meti2911@hotmail.com
Lewat suara gemuruh diiringi debu bangunan yang runtuh
Tempatku nan asri terlindas habis
Rumah dan harta benda serta nyawa manusia lenyap
Kau lalap habis aku kehilangan segalanya 

Mata manusia sedunia terpengarah, menatap dan heran
Memang kejadian begitu dahsyat
Bantuan dan pertolongan mengalir
Hati manusia punya nurani

Tuhan , mengapa semua ini terjadi ?
Mungkin kami telah banyak mengingkari-Mu
Mungkin kamu terlalu bangga dengan salah dan dosa
Ya, Tuhan ampunilah kami dalam segalanya

Tugas IBD persahabatan seperti kepompong

                    " PUISI PERSAHABATAN SEPERTI KEPOMPONG"

Dulu kita sahabat 
Teman begitu hangat 
Mengalahkan sinar mentari 

Dulu kita sahabat 
Berteman bagai ulat 
Berharap jadi kupu-kupu 

* kini kita melangkah berjauh-jauhan 
Kau jauhi diriku karna sesuatu 
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan 
Namun itu karna ku sayang 
meti2911@hotmailcom
Persahabatan bagai kepompong 
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu 
Persahabatan bagai kepompong 
Hal yang tak mudah berubah jadi indah 

Persahabatan bagai kepompong 
Maklumi teman hadapi perbedaan 
Persahabatan bagai kepompong 
Na na na na na na na na na 

Semua yang berlalu 
Biarkanlah berlalu 
Seperti hangatnya mentari 

Siang berganti malam 
Sembunyikan sinarnya 
Hingga ia bersinar lagi 

** dulu kita melangkah berjauh-jauhan 
Kau jauhi diriku karna sesuatu 
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan 
Namun itu karna ku sayang 

Tugas IBD Sejjarah Ratu Bilqis dan Nabi Sulaiman

putri

Sejarah Ratu Bilqis dan Nabi Sulaiman

Ratu-Bilqis
Suatu hari disebuah kerajaan besar dimuka bumi, berkumpul para punggawa, mulai dari prajurit sampai menteri-menteri kerajaan memenuhi panggilan sang Raja. Anehnya, tidak hanya bangsa manusia yang datang memenuhi panggilan itu, tetapi juga banyak jin-jin serta burung-burung berbondong-bondong berkumpul memenuhi balairung istana. Sang Raja yang gagah perkasa duduk di singgasana sambil memandang mereka satu-persatu.
“MENGAPA aku tidak melihat Hud-hud? Tahukah kalian dimana dia?” tanya sang Raja memecah keheningan suasana.
Parapunggawa diam membisu sambil saling pandang satu sama lain. Mereka memang tidak tahu menahu soal kepergian seekor burung yang dimaksud oleh sang Raja. Maka sang Rajapun mengeluarkan sabdanya,”Dengar wahai punggawa! Oleh karena Hud-hud tidak hadir tanpa seizinku, maka sungguh aku akan menghukumnya dengan hukuman yang berat, atau aku akan memenggal kepalanya. Kecuali jika ia dapat memberikan alasan yang tepat tentang kepergiaannya!”
Sulaiman bin Daud, itulah nama sang raja yang juga seorang Nabi Allah. Allah telah memberinya anugerah yang luar biasa yaitu bisa berbicara dengan burung-burung dan menguasai jin-jin. Selain itu Allah juga memerintahkan angin supaya tunduk dan patuh terhadap Nabi Sulaiman. Kemanapun Nabi Sulaiman hendak pergi, angin akan membawanya dengan sangat cepat menuju tempat yang diinginkan. Demikian mukjizat dari Allah yang menyertai Nabi Sulaiman dalam memimpin umat, memberantas kebathilan dan menegakkan kebenaran dimuka bumi.
Nabi Sulaiman sangat dekat dengan punggawa maupun rakyatnya. Pada waktu-waktu tertentu di kumpulkannya para punggawa untuk diminta saran, pendapat maupun keluhan-keluhan mereka. Perhatian Nabi Sulaiman yang begitu besar tersebut menjadikan hapal satu persatu seluruh nama pengikutnya. Sehingga kalau ada salah satu dari mereka tidak datang memenuhi panggilannya, pasti Nabi Sulaiman akan mencarinya. Seperti yang terjadi pada burung Hud-hud.
Selang beberapa saat setelah Nabi Sulaiman menjatuhkan sabdanya pada Hud-hud, tiba-tiba Hud-hud datang  dan bersimpuh dihadapan Nabi Sulaiman. ”Ampun paduka, sebelum paduka menghukum hamba, perkenankan hamba untuk menyampaikan berita yang belum pernah paduka dengar sebelumnya,”
Katakan, berita apa yang kau bawa?”
“Hamba baru saja datang dari negeri Saba’. Sebuah negeri yang kaya raya, dipimpin seorang Ratu berparas Cantik rupawan. Dia memiliki singgasana yang besar dan indah, panjangnya 80 hasta, lebarnya 40 hasta dan tingginya 30 Hasta. Para pengikutnya memanggilnya Ratu Bilqis. Akan tetapi paduka, Ratu Bilqis dan pengikutnya telah terpedaya oleh syetan, mereka menjadikan matahari sebagai tuhan mereka yang mereka puja-puja setiap hari.”
“Mmm, benarkah?”
“Hamba tidak berdusta, paduka”
“Baiklah. Aku ingin membuktikan kebenaran perkataanmu. Berangkatlah kembali ke negeri saba’ dengan membawa surat dariku. Berikan surat itu pada Ratu Bilqis dan pengikutnya. Lalu dengarkan apa yang mereka bicarakan setelah mereka membaca surat itu.”
Sesaat kemudian Hud-hud sudah terbang tinggi melewati pegunungan dan hamparan padang pasir membawa sepucuk surat dari Nabi Sulaiman untuk Ratu Bilqis. Hingga sampailah pada disebuah istana  kediaman Ratu bilqis yang sangat megah dan indah. Hud-hud terbang menerobos masuk kedalam istana, lalu menjatuhkan gulungan surat yang dibawanya di hadapan sang Ratu. Dengan serta merta Ratu memungut dan membaca surat itu di hadapan para pembesar kerajaan Saba”.
“Dari Sulaiman. Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, janganlah kamu berlaku sombong terhadapku, dan datanglah padaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”
Ratu Bilqis tertegun setelah membaca surat dari Nabi Sulaiman yang seolah olah akan merebut negeri Saba’ dari kekuasaan Ratu Bilqis. Maka berkatalah sang Ratu, “Wahai para pembesarku, berilah aku pertimbangan dalam menghadapi masalah ini. Sebab aku tidak pernah memutuskan suatu permasalahan sebelum meminta pendapat dan saran dari kalian.”
“Paduka Ratu, kita memiliki bala tentara yang besar dan kuat. Pasukan-pasukan kita sangat terlatih dan pemberani. Kita siap menghadapi tantangan itu. Namun demikian semua itu kembali pada keputusan paduka. Oleh karena itu mohon kiranya paduka mempertimbangkan segala sesuatunya dengan cermat sebelum paduka mengeluarkan perintah.”
“Wahai para pembesarku, walaupun kita semua telah siap berperang demi membela keagungan dan kejayaan negeri kita, tetapi ketahuilah bahwa peperangan hanya akan meninggalkan kepedihan dan kesengsaraan bagi rakyat kita. Karena sesungguhnya raja-raja apabila menyerang suatu negeri, niscaya mereka akan membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina. Aku benci perang!”
“Lalu apa yang akan paduka lakukan ?”
“Kita akan mengirim utusan pada Raja Sulaiman dengan membawa hadiah sebagai tanda perdamaian. Kita tunggu saja hasilnya.”
Para utusan Ratu Bilqis yang membawa hadiah telah sampai di kerajaan Nabi Sulaiman. Tetapi, apa yang terjadi? Nabi Sulaiman marah.
“Apakah Ratu kalian ingin menyuapku, bukan harta benda maupun kekuasaan yang aku inginkan. Sebab segala sesuatu yang telah diberikan oleh Allah kepadaku, jauh lebih baik dibandingkan apa yang diberikan-Nya pada Ratu kalian. Sampaikan pada Ratu Bilqis, janganlah dia merasa bangga karena memberiku hadiah seperti itu. Aku hanya ingin dia beserta pengikutnya tunduk mengikuti ajakanku untuk menyembah pada Allah. Dan katakan pada pimpinan kalian, kalau dia tidak mau menghadapku, aku akan datang ke negerinya. Tetapi kedatanganku akan mengusirnya dari negeri itu dan mereka menjadi tawananku yang hina!”
Para utusan Ratu Bilqis pulang dengan perasaan kecut demi mendengar ancaman Nabi Sulaiman. Sementara itu Nabi Sulaiman segera mengatur siasat untuk memperdaya Ratu Bilqis. Nabi Sulaiman mengumpulkan para pembesarnya.
“Wahai Para pembesarku! Siapakah diantara kalian yang sanggup membawa singgasana Bilqis sebelum dia datang untuk menyerahkan padaku ?”salah satu pembesar Nabi Sulaiman dari golongan jin, bernama ifrit mengacungkan tangannya.
“Hamba sanggup mendatangkan singgasana Bilqis kehadapaan paduka sebelum paduka beranjak dari singgasana paduka. Karena hamba memiliki kekuatan yang besar untuk mengangkatnya. Percayalah pada hamba,”
Seluruh mata yang hadir dalam pertemuan itu tertuju pada ifrit. Mereka kagum dengan kesanggupan ifrit yang luar biasa. Ashof bin Barkhiya seorang juru tulis Nabi Sulaiman yang ahli ibadah mengacungkan tangannya dan berkata dengan kalem,
“Wahai Nabi Allah. Hamba Insya Allah akan membawa singgasana Bilqis kehadapan paduka dalam sekejap mata”
“Benarkah?”
Ashrof menengadahkan kedua tangannya keatas memohon pertolongan Allah seraya berkata, “Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan! Tuhan kami dan Tuhannya segala sesuatu.Tidak ada tuhan kecuali Engkau. datangkanlah pada kami singgasana Bilqis!”
Keajaiban terjadi. Bagian sudut balairung istana yang tadinya kosong kini telah terpenuhi singgasana Bilqis yang megah bertatahkan emas dan berlian. Semua terkesima melihat kejadian itu. Namun Nabi Sulaiman segera menyadarkan mereka,
“Ini semua adalah karunia dari Allah dan sebagai cobaan bagi kita apakah kita tergolong orang yang bersyukur atau justru malah sebaliknya. Wahai para pembesarku! Kini singgasana Bilqis sudah berada dalam kekuasaan kita. Ini  adalah merupakan satu kemenangan bagi kita. Tetapi tidak berhenti sampai disini. Sebelum Bilqis tiba dinegeri kita, rubahlah bentuk singgasananya. Aku ingin tahu, apakah dia masih mengenali singgasananya atau tidak”,
Nabi Sulaiman bermaksud menyadarkan Ratu Bilqis bahwa apakah memiliki arti kecantikan, kemewahan dan kekuasaan, sedangkan hati dan pikirannya terbelenggu oleh tipu daya syetan, sehingga matahari dianggapnya sebagai tuhan. Betapa sempurna kenikmatan hidup didunia, jika kemewahan dan kekuasaan yang telah  dimiliki disertai dengan hati yang iman dan diliputi dengan rahmat serta pengampunan dari Allah. Nabi Sulaiman berniat menjadikan Ratu Bilqis sebagai permaisuri yang akan mendampinginya dalam memperjuangkan dan menegakkan panji-panji tauhid di muka bumi.
Tetapi kemudian tersiar ‘gosip’ dikalangan para jin pengikut Nabi Sulaiman bahwa tumit betis dan Ratu Bilqis dikabarkan mirip bertis khimar. Nabi Sulaiman segera mengambil inisiatif. Diperintahkannya para jin untuk melapisi kaca pada lantai ruangan yang akan dipergunakan menjamu Ratu Bilqis. Pekerjaan itu dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Sebuah ruangan yang ditata sedemikian indah, dengan lantai terbuat dari kaca bagai sebuah kolam dengan airnya yang bening.
Tibalah pada saat yang di tunggu-tunggu. Ratu Bilqis dikawal oleh para pembesar negeri Saba’ datang memasuki istana Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman mempersilahkan Ratu memasuki balai rung istana dan menunjukan sesuatu yang berdiri megah ditengahnya. “Wahai Bilqis, apa betul ini singgasanamu?”
“Sepertinya ini memang singgasanaku. Tapi bagaimana bisa sampai disini?”
“Wahai Bilqis. Ketahuilah, tuhan yang patut disembah adalah Allah. Tuhan yang maha Esa. Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Dialah yang mengutusku sebagai Nabi pemimpin umat dimuka bumi ini. Dan atas kekuasaan Nya singgasanamu sampai disini. Tinggalkan menyembah matahari. Mulailah menyembah pada Allah Tuhan seluruh alam.”
Kemudian Nabi Sulaiman mempersilahkan sang Ratu memasuki sebuah ruangan yang telah disiapkan untuk menjamu. Pertama kali yang dilihat Ratu Bilqis dalam ruangan itu adalah kolam yang luas dengan airnya yang bening. Karena takut gaunnya basah terkena air, disingkapnya gaun indah yang membalut tubuhnya sampai betisnya. Sehingga semua yang hadir dapat melihat betapa indah betis sang Ratu, tidak seperti yang digosipkan oleh mereka selama ini.
Berkatalah Nabi Sulaiman,”Wahai Bilqis, kau tidak perlu menyingkapkan gaunmu. Sebab itu bukan kolam, melainkan lantai yang terbuat dari kaca.”
Sekali lagi Bilqis telah terpedaya oleh Nabi Sulaiman. Dia merasa telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, karena selama ini telah memuja-muja pada tuhan selain Allah.
“Ya Tuhanku. Sesungguhnya aku telah berbuat dzalim terhadap diriku. Dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”

Sang Ratu telah sadar dan insaf kini raja Sulaiman bin Daud yang gagah perkasa didamping oleh seorang permaisuri, Bilqis binti Syarohil, terus berjuang mengemban amanat dari Allah untuk memberantas segala bentuk kemusyrikan dan menyebarluaskan kebenaran hingga agama Allah berdiri tegak dimuka bumi*

Tugas IBD Manusia dan Keadilan

putri

Manusia dan Keadilan



PENGERTIAN KEADILAN

Keadilan adalah cerminan dari suatu kebijaksanaan yang memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan yang tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi orang yang dapat berbuat adi, maka dial merupakan orang yang bijaksana.

Contoh :

Seorang koruptor yang memakan uang rakyat. Koruptor di tangkap dan dimasukan kepenjara selama 2 tahun tanpa ada goresan luka sedikit pun pada wajahnya. Hal tersebut mencerminkan bahwa hakim dan jaksa di indonesia tidak adil pada rakyat kecil yang dikarenakan mencuri dompet mendapatkan masa kurungan lebih dari sang koruptor, padahal koruptor lah yang mencuri uang rakyat lebih banyak dari pada pencopet itu.

KEADILAN SOSIAL

Seperti pancasila yang bermaksud keadilan sosial adalah langkah yang menetukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur. Setiap manusia berhak untuk mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya sesuai dengan kebijakannya masing-masing.


5  wujud keadilan sosial yang diperinci dalam perbuatan dan sikap



1. Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan.
2. Sikap suka bekerja keras.
3. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

4. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
5. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.


8 jalur pemerataan yang menjadi langkah untuk sebuah asas terbentuknya suatu keadilan sosial

1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan.
2.      Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3.      Pemerataan pembagian pendapatan.
4.      Pemerataan kesempatan kerja.
5.      Pemerataan kesempatan berusaha.
6.    Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan  kaum wanita.
7.      Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8.      Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan



Berbagai Macam Keadilan

a)   Keadilan Legal atau Keadilan Moral

Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Than man behind the gun).

b)   Keadilan Distributif

Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally) Sebagai contoh: Aji bekerja 10 tahun dan budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Aji dan Bale, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Aji menerima Rp.100.000,-maka Bale harus menerima Rp. 50.000,-. Akan tetapi bila besar hadiah Aji dan Bale sama, justru hal tersebut tidak adil.

c)   Komutatif

Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat.

Contoh :

Dr.Samono dipanggil seorang pasien, Lina namanya, sebagai seorang dokter ia menjalankan tugasnya dengan baik. Sebaliknya Lina menanggapi lebih baik lagi. Akibatnya, hubungan mereka berubah dari dokter dan pasien menjadi dua insan lain jenis saling mencintai.


KEJUJURAN

Kejujuran bersangkut erat dengan masalah nurani. Menurut.Alamsyah dalam bukunya Budi Nurani. filsafat berfikir. yang disebut nurani adalah sebuah wadah yang ada dalam perasaan manusia. Wadah ini menyimpan suatu getaran kejujuran. ketulusan dalam meneropong kebenaran lokal maupun kebenaran Iliahi. (M.Alanisyah.1986:83). Nurani yang diperkembangkan dapat menjadi budi nurani yang merupakan wadah yang menyimpan keyakinan. Jadi getaran kejujuran ataupun ketulusan dapat ditingkatkan menjadi suatu keyakinan, dan atas diri keyakinannya maka seseorang diketahui kepribadiannya. Orang yang memiliki ketulusan tinggi akan memiliki keyakinan yang matang. sebabnya orang yang hatinya tidak bersih dan mau berpikir curang. memiliki keprihadian yang buruk dan rendah dan sering tidak yakin pada dirinya. Karena apa yang ada dalam nuraninya banyak dipengaruhi oleh pemikirannya yang kadang-kadang justru bertentangan.

KECURANGAN


Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah. tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita. Orang seperti itu biasanya tidak senang bila ada yang melebihi kekayaannya. Padahal agama apapun tidak membenarkan orang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan orang lain, lebih lagi mengumpulkan harta dengan jalan curang. Hal semacam itu dalam istilah agama tidak diridhoi Tuhan.





PEMULIHAN NAMA BAlK

Dengan melaksanakan apa yang dianggap baik berarti pula menjaga nama baik dirinya sendiri, yang berarti menjaga nama baik keluarga. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan.
Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pnbadi, cara menghadapi orang, perbuatan-perbuatan yang dihalalkan agama dan lain sebagainya.

PEMBALASAN


Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang.
Sebagai contoh, A memberikan makanan kepada B. Di lain kesempatan B memberikan minuman kepada A. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan serupa, dan inl merupakan pemba]asan.

Tugas IBD Cerpen persahabatan

putri

Cerpen Persahabatan Sejati


"Senyum Terakhir"

Dengan nafas yang terengah-engah setelah mengendarai sepeda. Aku terhenti saat ku melihat dia, aku tak tau siapa dia. Wajahnya cukup cantik dan manis, aku singgah membeli segelas air untuk melepaskan dahaga yang melanda tenggorokanku.

Setelah beristirahat aku langsung menggayuh pedal sepeda untuk pulang ke rumah. Sesampai dirumah, kedua orang tuaku sedang pergi ke sebuah tempat yang aku tidak tau. Aku segera pergi mandi karena badanku sudah bermandi keringat. Setelah mandi aku memakai pakaian dan menuju taman yang tak jauh dari kompleks rumahku. Aku kaget si dia juga sedang berada ditaman. Tanpa pikir panjang aku langsung menghapirinya.
“Hai…..”, kataku

Dengan senyum aku menyapanya.
Tapi dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku.

“Hai.. boleh kenalan gak?”.
“Iya ada apa?”, katanya sambil menatap novel yang dibacanya.
“Aku boleh gak kenalan? Namaku Zhaky”, sambil mengulurkan jemariku.

Dia langsung berdiri lalu meletakkan bukunya di atas kursi dan memberi tah u namanya.
“Namaku Tamara”, katanya dengan senyum.
“Kamu tinggal dimana?”, kataku.
“Aku tinggal di sebelah kiri toko buku dekat gerbang kompleks. Aku baru pindah kemarin.”
“Oooo…. Kamu anak baru yah?”.
“Memang kenapa?”.
“Tidak kenapa-kenapa kok”.
“Ayo aku temani jalan-jalan di taman ini. Lagi pula gak enak juga kalau suasananya begini-begini saja”, pintaku.
“Ok.. baiklah”, katanya dengan lembut.

Langkah demi langkah mengawali perkenalanku dengan si dia yaitu Tamara. Kami berjalan mengeliling taman, dari pada hanya terdiam lebih baik aku memulai pembicaran. Aku menanyakan banyak hal kepadanya. Dan kami selalu menyelingi pembicaraan kami dengan candaan yang cukup untuk mengocok perut hingga sakit.
Sekarang sang mentari akan kembali ke peraduannya. Kami berjalan pulang bersama karena arah rumah kami searah. Tamara berada di depan kompleks sedangkan rumahku ada di lorong kedua sebeleh kanan di kompleks tempat tinggalku. Sesampai di depan rumah Tamara kami berhenti dan menyempatkan diri untuk bercanda sebentar.

Suara teriakan Ibunya yang memanggil membuat kami berdua kaget.
“Tamara… Tamara… ayo cepat masuk, udah hampir malam nih!, teriak ibunya.
“Ya bu.. tunggu!, Zhaky aku duluan yah?”, katanya dengan senyum.
“Iya...”, kataku sembari membalas tersenyumnya.
“Kamu juga cepetan pulang, nanti di cariin sama Ibu kamu”.
“Ok… aku pulang yah.. dadah..!, sambil berjalan dan melambaikan tangan.

Di perjalanan, aku hanya bisa berkata “baru kali ini aku bisa cepat berkenalan dengan seorang gadis, apalagi gadis seperti Tamara”. Kini aku berjalan di antara jalan yang sepi dengan sedikit penerangan dari lampu jalan yang mulai redup dan di kerumuni serangga.

Sesampai di rumah aku di marahi oleh Ibuku.
“Kamu ke mana aja”?, bentak Ibu.
“Maaf Bu, aku tadi dari keliling taman”, kataku sambil menunduk.
“Lain kali jangan pulang telat lagi yah?”.
“ Iya Bu”, sembariku meninggalkan ibu di teras rumah.
***

Keesokan paginya aku bertemu dengan Tamara, ternyata aku sama sekolah dengan dia, kemarin aku lupa nanya sih. Aku langsung berlari menghapirinya.
“Tamara… Tamara…. tunggu aku!”, kataku sambil berlari.

Tamara berhenti dan memegang pundakku.
“Masih pagi-pagi kok dah keringatan kayak gini?, ini usap keringatmu!”, katanya sembari menyodorkan sapu tangannya.
“Iya nih, kamunya tuh. Kamu jalannya cepat amat” .
“Iya maaf”, kataya sambil tersenyum.
“Ayo buruan entar pintu gerbang di tutup”.

Sesampai di sekolah aku langsung ke kelas dan ternyata Tamara juga sekelas dengan aku. Dia duduk di sampingku, karena Dino teman aku baru pindah sekolah dua hari yang lalu. Tamara naik dan memperkenalkan dirinya ke teman-teman kelasku.
“Hai perkenalkan namaku Tamara Adelia, panggil aja aku Tamara. Aku baru pindah dari Makassar kemarin, semoga kita semua bisa menjadi teman yang akrab”.
“Ok….”, Teriak semua temanku.

Kini kami semakin dekat. Kami selalu bersama, kami duduk di depan kelas sembari bercerita tentang tugas sekolah.

“Kamu suka pelajaran apa?”, tanyaku.
“Aku paling suka pelajaran matematika”.
“Kenapa kamu suka pelajaran itu?, padahal pelajaran itu agak rumit dan memusingkan”.
“Karena aku suka aja dengan pelajaran itu, kalau kamu sukanya pelajaran apa?”.
“Aku paling suka dengan pelajaran bahasa Indonesia, yah pelajaran sastra”.
“Kenapa kamu suka pelajaran itu?, tanyaku.
“Seperti kamu tadi, aku suka aja dengan pelajaran itu. Aku sudah buat beberapa cerpen, mau baca?”, kataku sambil menyodorkan beberapa cerpen karyaku.
“Ini buatan kamu?, aku gak percaya”.
“Iyalah, ini buatan aku. Kamu baca yah dan berikan saran, ok?”.
“Ok…”, katanya sambil tersenyum.
***

“Tttttttteeettt….”, Bunyi bel menandakan kami akan melanjutkan ke pelajaran berikutnya. Tapi, guru yang mengajar tidak datang. Jadi aku dan Tamara bersama teman-teman yang lain hanya bercerita tentang hal-hal yang dapat mengocok perut.

Tak lama kemudian, kami pun pulang. Aku bersama Tamara dan temanku yang lain berjalan menuju pintu gerbang, menertawai hal yang tak patut ditertawai. Di perjalanan pulang Tamara berteriak, “Auuuuhh sakit, Zhaky bantu aku berdiri!” pintanya sambil meneteskan air matanya. kaki Tamara tersandung batu, dan kelihatannya kaki Tamara Terkilir.
“Sudah jangan nangis donk, pasti kamu akan sembuh kok”, kataku menyemangati.
“Iya Zhaky, tapi kaki aku sakit banget. Bantu aku berdiri donk!”, pintanya
“Auuuuhh…. Sakit!!”, katanya sambil merintih kesakitan.
“Sini biar aku gendong deh, gak apakan?” .
“Betul mau gendong aku, aku berat loh!”, katanya sambil tersenyum.
“sakit-sakit gini sempat aja ngelawak, sini naik cepat”.
“hehehe…. Aku beratkan?”, tanyanya, sambil tertawa.
“Gak kok..”, kataku sambil tersenyum.

Sesampai di depan rumah Tamara, Ibunya yang sedang membaca koran kaget saat melihat kedatanganku yang menggendong Tamara.
“Tamara, kamu gak apa-apakan nak?”.
“Gak apa-apa kok Bu”, kata Tamara.
“Kakinya terkilir tadi waktu jalan pulang tante”, kataku.
“Terima kasih yah nak ….”
“ Zhaky, tante!”, ucapku dengan maksud memperkenalkan diri.
“Iya terima kasih yah nak Zhaky”, katanya sambil tersenyum.
“Tamara, tante, Zhaky pulang dulu yah?”, kataku.
“Iyaa nak Zhaky, kapan-kapan main ke rumah yah?”, kata ibu Tamara.
“Baik tante”, kataku sambil tersenyum.
Sehabis menggendong Tamara punggungku rasanya ingin copot, benar juga kata Tamara badannya berat. Tapi, tidak apalah dari pada sahabat aku Tamara gak pulang ke rumah. Sesampai dirumah aku langsung melepas pakaian dan makan siang. Sesudah itu aku langsung tidur karena aku lelah banget udah gendong Tamara.
***

Keesokan paginya aku menunggu Tamara di depan rumahnya. Saat melihat dia keluar rumah, dia sudah bisa berjalan dengan baik. Aku kaget dan bengong melihatnya.
“Woii kamu kenapa bengong kayak gitu?”, tanyanya sambil mencubit pipiku.
“Akh gak apa kok!, eh kok cepat amat sembuhnya?”.
“Iyaa nih, semalam aku dibawa ke tukang urut, rasanya sakit amat waktu di urut”.
“Baguslah, daripada berjalan dengan pincang”, kataku sambil tersenyum.
Sampai di sekolah teman-teman ku berkumpul membicarakan sesuatu, aku dan Tamara bergegas ke sana dan mendengar apa yang di ceritakan teman-temanku itu.
“Teman-teman, besokkan kita libur bagaimana kalau kita liburan?”, kata Naila.
“Kita mau ke mana ?”, tanyaku memotong pembicaraan.
“Kita akan pergi liburan, baiknya kita ke mana?”, kata Denny.
“Bagaimana kalau kita pergi ke tempat rekreasi terkenal di kota ini!”, kata Tamara.
“Baiklah kita akan ke pantai Bira!”, kataku.

Tak sabar menunggu saat itu, aku menceritakan sedikit tentang pantai Bira kepada Tamara. Kami tidak memerhatikan penjelasan guru, akibat cerita kami yang semakin mengasyikkan. Tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi. Rasanya aku tidak ingin berpisah dengan Tamara walau sekejap saja. Tapi, mungkin itu cuman perasaanku saja. Kami berkeliling sekolah mencari hal-hal yang baru dan melupakan apa yang aku banyangkan tadi.

Tidak lama kemudian, bel kembali berbunyi kami berlari ke kelas. Kami berlari sambil tertawa dengan senangnya. Rasanya hal ini adalah hal yang terindah bagiku. Sesampai di kelas kami duduk dan menunggu guru. Tak lama kemudian, guru yang mengajar pun datang.

Aku merasa agak tidak enak badan. Tamara iseng mencubit pipiku dan Tamara kaget.
“Zhaky kamu gak apa-apa, kan?” tanyanya dengan khawatir.
“Aku gak apa-apa kok”, kataku dengan nada yang pelan.
“Kamu sakit dan aku harus antar kamu pulang!”, katanya sambil berjalan menuju guruku.
“Pak, Zhaky sakit”, katanya.
“Baiklah bawa dia pulang, kamu mau mengantarnya?” tanya pak guru.
“Iya pak aku bisa kok”, katanya.

Berhubung sudah hampir pulang Tamara memasukkan barang-barangku ke dalam tas
lalu dia juga membereskan barang-barangnya.
“Ayo aku antar kamu pulang”, katanya.

Tamara meminta izin mengantar aku pulang. Sambil memegang jemari-jemariku dan sesekali memegang keningku. Tamara selalu bertanya tentang keadaanku. Tapi, aku hanya bisa menjawabnya dengan kalimat, “Aku baik-baik saja kok, gak usah khawatir”.
Sesampai di rumah aku langsung di bawa Tamara ke kamarku sembari ibu mengomel-ngomeliku.
“Ini sebabnya kalau makan gak teratur”, katanya.
“Sudah tante, Zhaky ‘kan lagi sakit”, pinta Tamara ke Ibuku.
“Biarlah nak, biar dia tahu rasa”, kata Ibuku.
“Kalau begitu aku pulang dulu tante”.
“Nak nama kamu siapa?”.
“Nama aku Tamara, tante”.
“Terima kasih yah nak Tamara, udah bawa pulang anak tante ini”.
“Iya, sama-sama tante”, katanya.
Aku melihat senyuman indah dari Tamara saat akan keluar dari kamarku.
***

Keesokan paginya, rasanya badanku udah sehat. Aku bergegas menyiapkan barang yang akan ku bawa. Aku mandi dan sesudah itu berpakaian rapi dan langsung menuju rumah Tamara. Tapi, Tamara sudah berangkat duluan. Aku langsung ke sekolah. Sampai di sekolah aku melihat Tamara dan langsung menghampirinya.
“Zhaky, kamu udah sembuh?”, katanya.
“Iya.. aku udah sembuh kok”.
“Betul aku udah sembuh”, kataku sambil meraih tangannya dan meletakkannya di keningku.

Tak berapa lama kemudian, bus yang akan mengantar kami ke pantai Bira pun datang. Aku duduk di belakang bersama anak lelaki lainnya. Tamara berada di depan bersama teman wanitanya. Di perjalanan rasa gelisahku semakin tak menentu. Aku memiliki pirasat buruk dan naas tak berselang beberapa lama mobil yang aku tumpangi kecelakaan.

Aku merasa kepalaku sakit, saat ku pegang kepalaku mengeluarkan darah yang banyak. Tapi, yang ada di pikiranku sekarang adalah Tamara. Aku langsung berteriak dengan nada yang lemah. “Tamara.. kamu gak apa-apa, kan?”. Aku tak mendengar suaranya. Aku melihat teman-temanku terluka dan mengeluarkan banyak darah. Saat aku ke tempat duduk Tamara, aku melihat kepala Tamara mengeluarkan banyak darah. Rasa sakit yang aku rasa membuat aku pingsan.
“Zhaky, Zhaky, bangun nak, ibu di sini”, kata ibuku sambil menangis.

Mendengar suara itu, aku terbangun. Aku sekarang berada di rumah sakit, aku kaget dan berteriak.
“Dimana Tamara Bu? Tamara baik-baik sajakan Bu?”.

Ibu hanya terdiam sambil menatap ayah.
“Ibu apa yang terjadi?”, aku mulai meneteskan air mata.
“Maaf nak, kini Tamara sudah berada di tempat lain”, dengan nada yang pelan ibu memberitahuku.
“Jadi maksud ibu?”.
“Iya Nak, Tamara telah meninggal akibat kecelakaan itu”, kata ibu sembari memelukku.

Aku terduduk di ranjang dan dipeluk ibu sambil menangis dengan keras dan berkata “ kenapa dia terlalu cepat meninggalkan aku Bu?”. Aku terdiam dan mengingat saat aku sakit, dia memberiku senyuman yang kuanggap indah itu dan menjadi senyuman terakhir darinya. (SELESAI)

semoga bermanfaat artikel saya yang berisi tentang Cerpen Persahabatan bagi kalian yang sudah membacanya.meti2911@hotmail.com